Berbicara tentang
visi dan misi, berarti berbicara mengenai gambaran. Gambaran yang dimaksud
adalah apa yang akan dilakukan dan memiliki kemungkinan terjadi di masa depan.
Seseorang yang hidup dengan berbagai aktivitas dan pekerjaan idealnya tidak
bisa lepas dari visi tentang hidup dan kehidupannya.
Saya sendiri pun
masih sibuk mencari dimana visi dan misi hidup saya. Pelbagai cara yang saya
lakukan mulai dari mencari passion sampai mencari apa yang
berpeluang gampang saya lakukan di masa akan datang. Memang sih, gak ada
sesuatu yang gampang.
Ngomong-ngomong, acap kali saya
dapatkan pertanyaan dari orang tua saya bahkan sampai tante-om yang membuat saya kadang merasa drop, pertanyaannya
seperti ini;
"Setelah kau lulus, apa selanjutnya kau kerjakan?" atau dengan pertanyaan pamungkasnya "Sudah adami kerjaan kau dapat?" .
Siapa juga yang
tidak mau berkarier? Saya punya kok Mind Mipping of Life sendiri.
Cuman mungkin Tuhan belum memberikan rezekinya kali ya. Yah emang secara orang-orang
yang fresh graduate seperti saya pasti diburu dengan
pertanyaan sejenis itu.
Pernah gak
denger ungkapan yang menjelaskan bahwa hidup tanpa visi dan misi ibarat
berjalan dengan satu kaki dan tanpa tahu arah tujuan? Nah sekarang
pertanyaannya adalah, sudahkah kita memiliki visi dan misi yang tepat? ataupun
masih ada keragauan yang justru bertanya-tanya seperti apa visi dan misi hidup
yang tepat?
Masih bingung
dengan caranya? kali ini saya sedikit akan membahas materi dari Peace
& Leadership Class yang saya dapatkan
di KITA Bhinneka Tunggal Ika Foundation rabu kemarin yang membahas bagaimana menemukan misi kita? Nah berikut penjelasannya
1. Connecting the Dots
Connecting The Dots merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh
mendiang Steve Jobs. Siapa yang tidak tahu beliau? Seorang visioner dibalik
keberadaannya gadget favorit keluaran Apple yang banyak
diganrungi.
Maksud dari Connecting The Dots adalah mengumpulkan dan menghubungkan titik-titik. Tititk-titik apa yang dimaksudkan?
Ini semua bermula ketika Steve Jobs memutuskan Drop Out dari tempat ia berkuliah, Reed College, di Portland, Oregon. Steve Jobs merasakan tidak ada manfaat dari kuliahnya itu, merasa hanya membuang-buang uang tabungan orang tuanya yang lebih diperlukan untuk masa tua mereka nanti. Maka dari itu dia memutuskan untuk drop out yang hanya berjalan satu semester saja.
Meskipun dia telah drop out, dia masih melanjutkan audit kelasnya di kelas Kaligrafi waktu itu. Steve Jobs merasa bahwa pelajaran ini sangatlah menyenangkan dan ia sangat menyukainya. Dia selalu serius untuk mengikuti kelas ini dan mempelajari mengenai lettering, typography, sheriff, kombinasi warna yang baik dan sebagainya.
Setelah 10 tahun, setelah bekerja di Atari sebuah perusahaan pembuat video game dan berangkat ke India untuk mencari pencerahan spritualnya meskipun ia kembali menganut agama Buddha dan berpakaian layaknya orang India dengan kepala plontos. Dari itu semua ia merasakan manfaatnya. Saat mendesain komputer Mac pertama kali, semau hal yang diajarkan di kelas kaligrafi itu muncul. Lalu ia mengkombinasikannya kedalam komputer Mac dan alhasil muncullah komputer pertama di dunia dengan perpaduan tipografi yang sangat menawan dan indah.
Setelah saya dengar ceritanya , disini tersimpulkan bahwa jika Steve Jobs tidak mengikuti kelas audit itu maka dia tidak akan belajar kelas Kaligrafi. Jika ia tida belajar kaligrafi, Mac dengan desain yang menawan itu tidak akan muncul sekejap mata.
Dari kisahnya, Steve Jobs mengajarkan kita bahwa semua hal yang kita lakukan membentuk titik-titik.
Titik-Titik inilah yang akan bertemu dan membentuk masa depan kita. Kalau kita
ingin menemukan mimpi kita, maka bangun titik-titik yang akan mengantarkan kita
kesana. Kapan hal itu terjadi? yah tergantung pada seberapa banyak titik yang
sudah kita bangun dan seberapa banyak kemungkinan yang sudah kita ciptakan.
Steve Jobs menyimpulkan bahwa rangkaian kejadian hidupnya tidak mungkin dimaknai ketika dia menjalani kuliah. Segala hal itu hanya dapat dimaknai setelah ke belakang, setelah 10 tahun.
“You can’t connect the dots looking forward, you can only connect them looking backward” –Steve Jobs.
Tonton motivational video ala Steve Jobs berikut;
2. Butterfly Effect
Istilah Butterfly Effect baru saya tahu dan dapatkan ketika Peace & Leadership Class rabu kemarin. Istilah ini sangat menarik sih dengan namanya. Butterfly Effect pertama kali dikemukakan oleh Edward Lorenz. Butterfly Effect adalah salah satu bagian dari Teori Kekacauan artinya satu tindakan yang kecil saja bisa menimbulkan serangakain kejadian yang akhirnya menhasilkan satu hasil yang sangat besar dampaknya.
Nah Teman Muda pasti bertanya-tanya kenapa ada kupu-kupu? hubungannya apa?.Yass pertanyaan yang serupa yang saya lontarkan pada kelas kemarin. Ternyata kata kupu-kupu didapatkan pada suatu kejadian yaitu kepakan kecil dari sayap kupu-kupu di hutan Brazil dapat menghasilkan tornado besar di Texas beberapa bulan kemudian. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, Butterfly Effect salah satu bagian Teori Kekecauan (Chaos Theory) atau biasa disebut sensitifitas terhadap kondisi awal (sensitivity to initial condition).
Dulu sewaktu SMA saya orangnya demam panggung, tidak mudah bertemu orang banyak, suka minderan dan tentunya sangat tertutup, tapi setelah saya memutuskan berkuliah di Makassar, saya memberanikan diri keluar dari zona nyaman nan hectic ini. Ikut berkomunitas, ikut workshop sampai kegiatan yang sifatnya self improvement. Bergabung di Makassar Event tahun 2017, memberanikan diri untuk menulis berita dengan tujuan mengasa skill menulis dan public speaking. Alhamdulillah tahun kemarin bisa menjadi salah satu fasilitator untuk program Boardgame for Peace 2.0 yang dilaksanakan di 12 kota salah satunya Makassar.
Kalau dipikir-pikir sih beban kemarin itu malu-malu bersuara di depan banyak orang tapi Alhamdulillah sekarang sudah lebih berani. Jadi kesimpulannya, mendekati peribahasa bagaimana ditanam, begitulah dituai.
Itulah butterfly effect, kita tidak boleh memperhitungkan hasilnya yang kadang-kadang hanya untuk jangka pendek. Tapi bisa saja suatu hal yang hebat akan terjadi pada kita hanya karena keputusan kecil yang diambil pada hari itu.
Which is, dalam menemukan misi hidup kita bisa lakukan hal itu mulai dari hal-hal kecil. Lakukan hal-hal yang mampu membuat kita bisa mencapai misi itu.
Istilah Butterfly Effect baru saya tahu dan dapatkan ketika Peace & Leadership Class rabu kemarin. Istilah ini sangat menarik sih dengan namanya. Butterfly Effect pertama kali dikemukakan oleh Edward Lorenz. Butterfly Effect adalah salah satu bagian dari Teori Kekacauan artinya satu tindakan yang kecil saja bisa menimbulkan serangakain kejadian yang akhirnya menhasilkan satu hasil yang sangat besar dampaknya.
Nah Teman Muda pasti bertanya-tanya kenapa ada kupu-kupu? hubungannya apa?.Yass pertanyaan yang serupa yang saya lontarkan pada kelas kemarin. Ternyata kata kupu-kupu didapatkan pada suatu kejadian yaitu kepakan kecil dari sayap kupu-kupu di hutan Brazil dapat menghasilkan tornado besar di Texas beberapa bulan kemudian. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, Butterfly Effect salah satu bagian Teori Kekecauan (Chaos Theory) atau biasa disebut sensitifitas terhadap kondisi awal (sensitivity to initial condition).
Di dalam hidup kita efek kupu-kupu juga bisa terjadi. kejadian yang sangat
kecil bisa saja menimbulkan efek yang sangat besar dikemudian hari. Contoh nyata
yang bisa saya lihat sendiri dengan cerita hidup yang ternyata berefek dengan
apa yang saya lakukan hari ini.
Dulu sewaktu SMA saya orangnya demam panggung, tidak mudah bertemu orang banyak, suka minderan dan tentunya sangat tertutup, tapi setelah saya memutuskan berkuliah di Makassar, saya memberanikan diri keluar dari zona nyaman nan hectic ini. Ikut berkomunitas, ikut workshop sampai kegiatan yang sifatnya self improvement. Bergabung di Makassar Event tahun 2017, memberanikan diri untuk menulis berita dengan tujuan mengasa skill menulis dan public speaking. Alhamdulillah tahun kemarin bisa menjadi salah satu fasilitator untuk program Boardgame for Peace 2.0 yang dilaksanakan di 12 kota salah satunya Makassar.
Kalau dipikir-pikir sih beban kemarin itu malu-malu bersuara di depan banyak orang tapi Alhamdulillah sekarang sudah lebih berani. Jadi kesimpulannya, mendekati peribahasa bagaimana ditanam, begitulah dituai.
Itulah butterfly effect, kita tidak boleh memperhitungkan hasilnya yang kadang-kadang hanya untuk jangka pendek. Tapi bisa saja suatu hal yang hebat akan terjadi pada kita hanya karena keputusan kecil yang diambil pada hari itu.
Which is, dalam menemukan misi hidup kita bisa lakukan hal itu mulai dari hal-hal kecil. Lakukan hal-hal yang mampu membuat kita bisa mencapai misi itu.
3. Predicting The Future
Presiden Amerikat Serikat ke-16, Abraham Lincoln pernah mengatakan seperti ini;
Kita bisa menemukan misi hidup kita dengan memprediksinya mulai dari sekarang dengan cara melakukan sesuatu yang memungkinkan kita bisa menggapainya.
Presiden Amerikat Serikat ke-16, Abraham Lincoln pernah mengatakan seperti ini;
"The best way to predict the future is to create it".
Kita bisa menemukan misi hidup kita dengan memprediksinya mulai dari sekarang dengan cara melakukan sesuatu yang memungkinkan kita bisa menggapainya.
Hal-hal kecil akan
membantu kita untuk memprediksi apa yang akan terjadi di depan. Tanda-tanda
keberhasilan dan kegagalan selalu terlihat jelas dan dapat kita temui di
sekitar kita. Ingatlah bahwa kita tidak bisa mencapai tujuan itu tanpa kita
mengembangkan diri.
Jadi untuk memiliki misi kedepan yang tajam dan memungkinkan sangat terjadi, kita harus memiliki komitmen untuk terus belajar dan berkembang. Jika hal ini kita lakukan, kita bukan hanya bisa memprediksi masa depan, namun juga memiliki kemampuan untuk mengubah masa depan.
Jadi untuk memiliki misi kedepan yang tajam dan memungkinkan sangat terjadi, kita harus memiliki komitmen untuk terus belajar dan berkembang. Jika hal ini kita lakukan, kita bukan hanya bisa memprediksi masa depan, namun juga memiliki kemampuan untuk mengubah masa depan.
***
Untuk startegi yang
terakhir pasti teman muda sudah tahu seperti apa bentuknya. Mulai dari bermimpi
besar sampai berkomitmen untuk mencapainya.
Saya sendiri juga belum
maksimal menemukan misi hidup saya. Kita selalu beranggapan ini misi hidupku tetapi
ketika dijalankan eh berhenti ditengah jalan. Yah kembali lagi deh merenungi. Intinya
sih saya selalu percaya bahwa apa yang saya lakukan hari ini akan berdampak
kedepannya.
Yah setidaknya sekarang
saya berusaha mengembangkan potensi diri, upgrade
skill dan define semua hal-hal
yang memungkinkan untuk diri sendiri. Saya juga belum sukses-sukses amat hehehe
Teman Muda sendiri
gimana? Sudah menemukan misi hidupnya apa? Tidak terhitung yah membahagiakan
orang tua dan orang terdekat soalnya itu adalah hal mutlak yang harus kita
lakukan hehe
Jangan lupa di share
dikolom komentar yak, Salam Damai :)
9 Comments
Teorinya menarik sekali.
BalasHapusTentang Butterfly Effect saya suka filmnya yang diperankan Aston Kutcher. Udah nonton belum?
Kalau sudah punya misi, apalagi visi hidup, hidup tentunya lebih terarah dan menyenangkan. Mudah menemukan prioritas, mana kebutuhan, mana sekadar kepentingan. Mana yang perlu dan mana yang tidak. Memang harus ditemukan. :)
BalasHapusPembahasan yang sangat menarik dan bisa buat jadi acuan buat diri sendiri. Honestly, all the teory inspired me so well. Saya percaya kebaikan sekecil apapun yang dilakukan dimasa sekarang, akan berdampak besar di masa depan.
BalasHapusSelagi muda memang waktunya untuk merencanakan masa depan, belajar apa saja, merumuskan visi misi kehidupan. Selagi sempat, sebelum datang masa ketika waktu tersita oleh tagihan listrik, pembeli popok dan susu anak, tagihan PDAM, cicilan kredit, dan lain-lain dan sebagainya.
BalasHapusDi Antara ketiga di atas ,saya lebih tertarik dengan yang no.3 ..Predicting the future..Hal pernah di sampai oleh salah seorang pebisnis senior di Makassar..Walaupun umur sudah tua..tapi dia pernah bercerita ke saya tentang pikirannya yang sering memprediksi ke depan..termasuk pasar produk yang dia jual..Inovasi akan selalu hadir,terus berpikir dan belajar..jika kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.
BalasHapusjadi ingat film-nya Aston Kutcher yang berjudul Butterfly Effect. Sudah nonton?
BalasHapusDosenku bilang kita memang harus visioner sih pola pikirnya. Paling tidak ada strategic plan hingga 5 tahun mendatang, biar hidup teratur gak asal jalan.
BalasHapusDuh pas lgi downnya baca tulisan kk yang inspiratif ini, makasih yah kak. Kdang kt btuuh motivasi dr luar jg ��
BalasHapusJadi ingat waktu baru lulus kuliah juga langsung ditodong dengan masalah kerjaan. Emang nggak enak banget yah klu ditodong2 kayak gitu. Btw tulisannya mencerahkan sekali, terutama tentang teori butterfly effect itu.
BalasHapus